Britania Raya: Sejarah Lengkap Kerajaan Inggris

by Jhon Lennon 48 views

Pengantar

Sejarah Britania Raya adalah perjalanan panjang dan penuh warna yang membentang ribuan tahun, membentuk negara yang kita kenal sekarang. Dari permukiman prasejarah hingga kekuatan global modern, Britania Raya telah menjadi pusat perubahan signifikan dalam politik, budaya, dan ekonomi dunia. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang sejarah Britania Raya, menggali akar budayanya, transformasi politiknya, dan warisan globalnya. Jadi, guys, mari kita mulai petualangan sejarah yang menarik ini!

Britania Raya, yang terdiri dari Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara, memiliki sejarah yang kaya dan kompleks. Letaknya yang strategis di lepas pantai Eropa telah menjadikannya titik fokus migrasi, invasi, dan pertukaran budaya selama berabad-abad. Memahami sejarah Britania Raya adalah kunci untuk memahami banyak aspek dunia modern, termasuk sistem politik, bahasa, dan nilai-nilai budayanya.

Dalam penjelajahan ini, kita akan membahas periode-periode penting seperti Zaman Romawi, ketika Britania menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi yang luas; Zaman Pertengahan, yang ditandai dengan kerajaan-kerajaan yang bersaing dan perubahan sosial yang besar; Era Tudor, yang menyaksikan munculnya monarki yang kuat dan eksplorasi maritim; Era Stuart, yang penuh dengan konflik agama dan politik; Era Georgian dan Victoria, ketika Britania Raya mencapai puncak kejayaan kekaisarannya; dan abad ke-20 dan ke-21, yang ditandai dengan perang dunia, dekolonisasi, dan integrasi Eropa. Setiap periode ini memberikan kontribusi unik pada identitas Britania Raya, membentuk lanskap politik, sosial, dan budayanya.

Sejarah Britania Raya bukan hanya tentang raja dan ratu, pertempuran dan perjanjian. Ini juga tentang orang-orang biasa yang telah membentuk negara ini dengan kerja keras, inovasi, dan kreativitas mereka. Dari petani dan pedagang hingga ilmuwan dan seniman, orang-orang dari semua lapisan masyarakat telah memainkan peran dalam membentuk Britania Raya menjadi negara yang dinamis dan beragam seperti sekarang ini. Dalam artikel ini, kita akan menyoroti beberapa tokoh kunci dan peristiwa penting yang telah membentuk sejarah Britania Raya, memberikan gambaran yang komprehensif dan menarik tentang masa lalunya.

Britania Prasejarah

Britania Prasejarah mencakup periode waktu yang sangat panjang sebelum adanya catatan tertulis. Periode ini dimulai sekitar 800.000 tahun yang lalu dengan bukti pertama pemukiman manusia dan berlangsung hingga invasi Romawi pada tahun 43 M. Selama periode ini, Britania dihuni oleh berbagai kelompok orang yang meninggalkan jejak budaya dan arkeologis yang kaya. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa manusia purba, seperti Neanderthal, menghuni wilayah tersebut selama periode interglasial yang hangat. Namun, pemukiman permanen baru dimulai dengan kedatangan Homo sapiens selama Zaman Paleolitik Akhir.

Zaman Mesolitik (sekitar 10.000 SM hingga 4.000 SM) menyaksikan perubahan iklim yang signifikan saat lapisan es terakhir mencair, mengubah lanskap dan memungkinkan hutan tumbuh subur. Manusia pada periode ini adalah pemburu-pengumpul nomaden yang hidup dari rusa, babi hutan, dan ikan. Mereka menggunakan alat-alat batu sederhana dan membangun tempat tinggal sementara. Zaman Neolitik (sekitar 4.000 SM hingga 2.500 SM) membawa perubahan revolusioner dengan diperkenalkannya pertanian. Orang-orang mulai bercocok tanam, memelihara hewan, dan membangun pemukiman permanen. Periode ini juga menyaksikan pembangunan monumen-monumen monumental seperti Stonehenge dan Avebury, yang menunjukkan organisasi sosial dan kepercayaan spiritual yang kompleks.

Zaman Perunggu (sekitar 2.500 SM hingga 800 SM) ditandai dengan penggunaan perunggu, paduan tembaga dan timah, untuk membuat alat dan senjata. Teknologi baru ini membawa peningkatan dalam pertanian, peperangan, dan perdagangan. Orang-orang Zaman Perunggu juga dikenal karena keterampilan metalurgi mereka, membuat artefak yang rumit dan dekoratif. Zaman Besi (sekitar 800 SM hingga invasi Romawi) menyaksikan kedatangan besi, yang lebih kuat dan lebih melimpah daripada perunggu. Periode ini juga ditandai dengan kedatangan orang-orang Celtic, yang berasal dari Eropa Tengah dan membawa bahasa, budaya, dan teknologi mereka ke Britania.

Orang-orang Celtic dibagi menjadi berbagai suku, masing-masing dengan wilayah dan pemimpinnya sendiri. Mereka dikenal karena seni, musik, dan keterampilan mereka dalam peperangan. Orang-orang Celtic juga memiliki sistem kepercayaan spiritual yang kompleks yang berpusat pada alam dan dewa-dewa seperti Taranis (dewa guntur) dan Epona (dewi kuda). Para Druid, pendeta Celtic, memainkan peran penting dalam masyarakat, bertindak sebagai guru, hakim, dan penasihat. Masyarakat Celtic di Britania berkembang hingga invasi Romawi pada tahun 43 M, yang menandai dimulainya era baru dalam sejarah Britania.

Zaman Romawi (43 M - 410 M)

Zaman Romawi di Britania dimulai pada tahun 43 M ketika Kaisar Claudius menginvasi pulau itu. Invasi ini merupakan bagian dari upaya Kekaisaran Romawi untuk memperluas wilayahnya dan mengendalikan sumber daya Britania. Sebelum invasi, Julius Caesar telah melakukan ekspedisi singkat ke Britania pada tahun 55 dan 54 SM, tetapi ekspedisi ini tidak menghasilkan pendudukan permanen. Invasi Claudius lebih sukses, dan Romawi secara bertahap menaklukkan sebagian besar Britania, mendirikan provinsi yang dikenal sebagai Britannia.

Romawi membawa perubahan signifikan ke Britania, termasuk jalan, kota, dan infrastruktur baru. Mereka membangun jalan-jalan seperti Watling Street, Fosse Way, dan Ermine Street, yang memfasilitasi perdagangan, komunikasi, dan pergerakan pasukan. Romawi juga mendirikan kota-kota seperti Londinium (London), yang menjadi pusat komersial dan administratif yang penting. Kota-kota Romawi menampilkan bangunan-bangunan publik seperti forum, pemandian, dan amfiteater, yang dirancang untuk meniru kehidupan kota Romawi. Romawi juga memperkenalkan arsitektur, teknik, dan teknologi baru ke Britania, yang secara signifikan meningkatkan standar hidup.

Namun, pemerintahan Romawi tidak tanpa perlawanan. Pada tahun 60 M, Boudicca, ratu suku Iceni, memimpin pemberontakan besar melawan Romawi. Boudicca dan pasukannya menghancurkan kota-kota Romawi seperti Camulodunum (Colchester), Londinium, dan Verulamium (St Albans) sebelum akhirnya dikalahkan oleh Romawi. Pemberontakan Boudicca merupakan tantangan serius bagi pemerintahan Romawi dan menunjukkan kebencian yang ada terhadap aturan Romawi. Meskipun pemberontakan tersebut akhirnya dipadamkan, itu tetap menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan asing.

Pada abad ke-4 M, Kekaisaran Romawi mulai mengalami kemunduran karena tekanan internal dan ancaman eksternal. Pada tahun 410 M, Kaisar Honorius memerintahkan legiun Romawi untuk meninggalkan Britania untuk mempertahankan bagian lain dari kekaisaran. Penarikan Romawi menandai berakhirnya pemerintahan Romawi di Britania dan meninggalkan pulau itu rentan terhadap invasi dari suku-suku Jermanik seperti Angles, Saxons, dan Jutes. Zaman Romawi memiliki dampak yang mendalam pada Britania, membentuk bahasanya, budayanya, dan infrastrukturnya. Warisan Romawi masih terlihat dalam banyak aspek kehidupan Inggris modern, termasuk bahasanya, hukumnya, dan institusinya.

Abad Pertengahan (410 M - 1485 M)

Abad Pertengahan di Britania ditandai dengan serangkaian invasi dan migrasi yang mengubah lanskap politik dan budaya pulau itu. Setelah penarikan Romawi pada tahun 410 M, Britania dibiarkan terbuka terhadap serangan dari suku-suku Jermanik seperti Angles, Saxons, dan Jutes. Suku-suku ini berasal dari Eropa Utara dan secara bertahap menetap di berbagai bagian Britania, mendirikan kerajaan mereka sendiri. Angles memberi nama mereka ke Inggris, dan wilayah yang mereka tempati dikenal sebagai Anglia atau Inggris.

Kerajaan-kerajaan Anglo-Saxon sering berperang satu sama lain, bersaing untuk supremasi. Selama berabad-abad, tujuh kerajaan utama muncul: Northumbria, Mercia, East Anglia, Kent, Essex, Sussex, dan Wessex. Kerajaan-kerajaan ini dikenal sebagai Heptarki. Pada abad ke-9 M, Wessex, di bawah kepemimpinan Raja Alfred yang Agung, menjadi kerajaan Anglo-Saxon yang dominan. Alfred membela Inggris dari invasi Viking dan melembagakan reformasi politik dan militer yang memperkuat kerajaannya. Alfred juga mempromosikan pembelajaran dan budaya, menerjemahkan teks-teks Latin ke dalam bahasa Inggris dan mendirikan sekolah-sekolah.

Invasi Viking dimulai pada akhir abad ke-8 M dan berlanjut hingga abad ke-11 M. Viking, yang berasal dari Skandinavia, menyerbu Inggris, menyerang pantai, dan mendirikan pemukiman. Mereka dikenal karena keterampilan maritim, keberanian, dan kekejaman mereka. Viking mendirikan kendali atas sebagian besar Inggris timur, yang dikenal sebagai Danelaw. Meskipun ada perlawanan dari kerajaan Anglo-Saxon, Viking mampu mempertahankan kehadiran mereka di Inggris selama lebih dari satu abad. Invasi Viking memiliki dampak yang mendalam pada bahasa, budaya, dan politik Inggris.

Pada tahun 1066, William, Duke of Normandy, menginvasi Inggris dan mengalahkan Raja Harold Godwinson dalam Pertempuran Hastings. Penaklukan Norman menandai titik balik yang signifikan dalam sejarah Inggris. William memperkenalkan sistem pemerintahan feodal, menggantikan aristokrasi Anglo-Saxon dengan bangsawan Norman, dan membangun kastil dan katedral di seluruh negeri. Norman juga membawa bahasa dan budaya Prancis mereka, yang secara bertahap bercampur dengan bahasa dan budaya Anglo-Saxon, yang mengarah pada perkembangan bahasa Inggris Modern. Abad Pertengahan adalah periode perubahan dan transformasi yang signifikan dalam sejarah Britania. Invasi dan migrasi suku-suku Jermanik, Viking, dan Norman membentuk lanskap politik dan budaya pulau itu, meletakkan dasar bagi perkembangan Inggris Modern.

Era Tudor (1485 - 1603)

Era Tudor dalam sejarah Inggris adalah periode yang ditandai dengan perubahan besar dalam politik, agama, dan masyarakat. Dimulai pada tahun 1485 dengan aksesi Henry VII ke takhta setelah Pertempuran Bosworth Field, mengakhiri Perang Mawar. Dinasti Tudor memerintah Inggris selama lebih dari satu abad, hingga kematian Elizabeth I pada tahun 1603. Selama periode ini, Inggris mengalami Renaisans, Reformasi, dan awal eksplorasi maritim.

Henry VII meletakkan dasar bagi dinasti Tudor dengan memulihkan ketertiban dan stabilitas setelah perang saudara yang panjang. Dia memperkuat kekuasaan kerajaan, menekan pemberontakan, dan meningkatkan keuangan kerajaan. Henry VII juga menegosiasikan perjanjian perdagangan yang menguntungkan dan menjalin aliansi diplomatik, meningkatkan prestise dan pengaruh Inggris di Eropa. Kebijakan Henry VII meletakkan dasar bagi keberhasilan para penerusnya.

Henry VIII, putra Henry VII, adalah salah satu raja Tudor yang paling terkenal. Dia dikenal karena banyak pernikahannya dan perannya dalam Reformasi Inggris. Henry awalnya adalah pembela setia Gereja Katolik, tetapi ketika Paus menolak untuk mengabulkan perceraiannya dari Catherine of Aragon, ia memutuskan hubungan dengan Roma dan menyatakan dirinya sebagai kepala Gereja Inggris. Tindakan ini, yang dikenal sebagai Pemisahan dengan Gereja, memiliki konsekuensi yang mendalam bagi agama dan politik Inggris. Henry membubarkan biara-biara, menyita harta mereka, dan mendistribusikannya kepada para pendukungnya, yang semakin memperkuat kekuasaan kerajaannya. Reformasi Inggris mengarah pada perang agama dan kerusuhan, tetapi juga membuka jalan bagi gagasan dan kepercayaan agama baru.

Elizabeth I, putri Henry VIII, adalah raja Tudor yang sukses dan populer. Dia memerintah Inggris selama 44 tahun, periode yang dikenal sebagai Zaman Elizabeth. Elizabeth adalah politisi yang cerdas dan diplomat yang mampu menavigasi tantangan agama dan politik pada zamannya. Dia memulihkan stabilitas agama dengan membangun Gereja Anglikan, kompromi antara Katolik dan Protestan. Elizabeth juga mempromosikan perdagangan dan eksplorasi, mendukung pelaut seperti Sir Francis Drake dan Sir Walter Raleigh. Kemenangan Armada Inggris atas Armada Spanyol pada tahun 1588 adalah momen yang menentukan dalam sejarah Inggris, mengamankan supremasi maritim Inggris dan menandai awal Kekaisaran Inggris. Era Tudor adalah periode transformasi yang signifikan dalam sejarah Inggris, membentuk politik, agama, dan budaya negara itu. Dinasti Tudor meninggalkan warisan abadi yang terus membentuk Inggris hingga saat ini.

Era Stuart (1603 - 1714)

Era Stuart dalam sejarah Inggris adalah periode yang ditandai dengan perubahan politik dan agama yang signifikan. Dimulai pada tahun 1603 dengan aksesi James I ke takhta setelah kematian Elizabeth I, mengakhiri dinasti Tudor. Dinasti Stuart memerintah Inggris selama lebih dari satu abad, hingga aksesi George I pada tahun 1714. Selama periode ini, Inggris mengalami perang saudara, kediktatoran, dan Revolusi Glorious.

James I adalah raja Skotlandia dan Inggris, menyatukan kedua mahkota di bawah satu penguasa. Namun, ia tidak sepopuler pendahulunya, Elizabeth I. James dikenal karena keyakinan akan hak ilahi raja, yang membawanya ke dalam konflik dengan Parlemen. James juga menghadapi tantangan agama dari Puritan, yang berusaha untuk mereformasi Gereja Inggris. Plot Bubuk Mesiu tahun 1605, upaya oleh kelompok Katolik untuk meledakkan Gedung Parlemen dan membunuh James dan Parlemen, semakin memperburuk ketegangan agama di Inggris.

Charles I, putra James I, mewarisi keyakinan ayahnya akan hak ilahi raja dan terus berselisih dengan Parlemen. Charles berusaha untuk memerintah tanpa Parlemen dan memaksakan pajak tanpa persetujuan mereka. Kebijakan-kebijakan ini mengarah pada Perang Saudara Inggris, yang berlangsung dari tahun 1642 hingga 1651. Perang itu terjadi antara Royalis, yang mendukung Charles, dan Parlemen, yang berusaha untuk membatasi kekuasaan raja. Parlemen, di bawah kepemimpinan Oliver Cromwell, akhirnya mengalahkan Royalis, dan Charles dieksekusi pada tahun 1649. Eksekusi Charles I adalah peristiwa penting dalam sejarah Inggris, menandai akhir dari monarki dan pembentukan Persemakmuran Inggris.

Persemakmuran Inggris adalah republik yang berlangsung dari tahun 1649 hingga 1660. Oliver Cromwell memerintah sebagai Penguasa Pelindung, memberlakukan pemerintahan Puritan yang ketat. Setelah kematian Cromwell pada tahun 1658, Persemakmuran runtuh, dan monarki dipulihkan pada tahun 1660 dengan aksesi Charles II ke takhta. Charles II memerintah hingga tahun 1685, diikuti oleh saudaranya, James II. Kebijakan Katolik James II tidak populer, dan pada tahun 1688, ia digulingkan dalam Revolusi Glorious. William of Orange dan istrinya, Mary, diundang untuk memerintah Inggris sebagai raja bersama. Revolusi Glorious adalah peristiwa penting dalam sejarah Inggris, menetapkan supremasi Parlemen dan meletakkan dasar bagi monarki konstitusional. Era Stuart adalah periode yang penuh gejolak dan transformatif dalam sejarah Inggris, membentuk politik, agama, dan masyarakat negara itu. Dinasti Stuart meninggalkan warisan abadi yang terus membentuk Inggris hingga saat ini.

Era Georgian dan Victoria (1714 - 1901)

Era Georgian dan Victoria dalam sejarah Inggris adalah periode yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi, ekspansi kekaisaran, dan perubahan sosial yang signifikan. Era Georgian dimulai pada tahun 1714 dengan aksesi George I ke takhta, menandai dimulainya dinasti Hanover. Era Victoria dimulai pada tahun 1837 dengan aksesi Ratu Victoria, yang memerintah selama 63 tahun, periode yang dikenal sebagai Era Victoria. Selama periode ini, Inggris menjadi kekuatan global yang dominan, dengan kekaisaran yang membentang di seluruh dunia.

Era Georgian menyaksikan pertumbuhan ekonomi dan inovasi yang signifikan. Revolusi Industri dimulai pada abad ke-18, mengubah Inggris dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Penemuan-penemuan baru, seperti mesin uap dan alat tenun tenaga, mengarah pada produksi massal dan pertumbuhan pabrik. Revolusi Industri memiliki dampak yang mendalam pada masyarakat Inggris, yang menyebabkan pertumbuhan kota-kota, penciptaan kelas pekerja baru, dan peningkatan standar hidup. Era Georgian juga menyaksikan kebangkitan kelas menengah, yang menjadi semakin makmur dan berpengaruh.

Era Victoria adalah periode pertumbuhan ekonomi, ekspansi kekaisaran, dan perubahan sosial yang berkelanjutan. Inggris menjadi kekuatan industri dan komersial yang dominan, dengan kekaisaran yang membentang di seluruh dunia. Kekaisaran Inggris menyediakan bahan mentah, pasar untuk barang-barang Inggris, dan outlet untuk emigrasi. Era Victoria juga menyaksikan kemajuan yang signifikan dalam sains, teknologi, dan kedokteran. Penemuan-penemuan baru, seperti telegraf, telepon, dan mobil, mengubah kehidupan orang-orang. Era Victoria juga merupakan periode reformasi sosial, dengan undang-undang yang diberlakukan untuk meningkatkan kondisi kerja, pendidikan, dan kesehatan masyarakat.

Namun, Era Georgian dan Victoria juga ditandai dengan kesenjangan sosial dan kemiskinan. Pertumbuhan kota-kota menyebabkan kepadatan penduduk, sanitasi yang buruk, dan penyakit. Kelas pekerja sering hidup dalam kondisi yang buruk, dengan upah rendah dan jam kerja yang panjang. Era Victoria juga menyaksikan kebangkitan gerakan sosial dan politik, seperti gerakan Chartis, yang menuntut reformasi politik dan hak untuk memilih bagi semua pria. Era Georgian dan Victoria adalah periode transformasi yang signifikan dalam sejarah Inggris, membentuk ekonomi, masyarakat, dan politik negara itu. Dinasti Hanover dan pemerintahan Ratu Victoria meninggalkan warisan abadi yang terus membentuk Inggris hingga saat ini.

Abad ke-20 dan ke-21

Abad ke-20 dan ke-21 telah membawa perubahan besar bagi Britania Raya, menantang identitasnya dan peran globalnya. Britania Raya memainkan peran penting dalam kedua Perang Dunia, mengalami pengorbanan yang besar dan memberikan kontribusi yang signifikan untuk kemenangan Sekutu. Setelah Perang Dunia II, Britania Raya menghadapi tantangan dekolonisasi, saat kekaisarannya secara bertahap dibubarkan. Britania Raya juga menjadi anggota pendiri Uni Eropa, menyerahkan kedaulatan dalam mengejar kerja sama ekonomi dan politik yang lebih besar.

Perang Dunia I (1914-1918) adalah konflik yang menghancurkan yang menyebabkan kematian jutaan orang. Britania Raya bergabung dengan perang di pihak Sekutu, melawan Jerman, Austria-Hungaria, dan Kekaisaran Ottoman. Perang itu adalah perjuangan yang berdarah dan mahal, dengan pertempuran yang terjadi di Front Barat, di laut, dan di Timur Tengah. Britania Raya memberikan kontribusi yang signifikan untuk upaya perang Sekutu, menyediakan pasukan, peralatan, dan keuangan. Perang itu memiliki dampak yang mendalam pada masyarakat Inggris, yang menyebabkan kesedihan yang meluas, perubahan sosial, dan kerusuhan politik.

Perang Dunia II (1939-1945) adalah konflik global lainnya yang menyebabkan kematian puluhan juta orang. Britania Raya bergabung dengan perang di pihak Sekutu, melawan Jerman, Italia, dan Jepang. Britania Raya menghadapi ancaman invasi dan mengalami pengeboman berat oleh Luftwaffe Jerman. Namun, Britania Raya bertahan di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Winston Churchill, memberikan inspirasi dan kepemimpinan bagi dunia. Britania Raya memberikan kontribusi yang signifikan untuk upaya perang Sekutu, menyediakan pasukan, peralatan, dan keuangan. Perang itu memiliki dampak yang mendalam pada masyarakat Inggris, yang menyebabkan perubahan sosial, kemajuan teknologi, dan pembentukan Negara Kesejahteraan.

Setelah Perang Dunia II, Britania Raya menghadapi tantangan dekolonisasi, saat kekaisarannya secara bertahap dibubarkan. Banyak koloni Inggris memperoleh kemerdekaan, yang mengarah pada pembentukan Persemakmuran Negara-Negara. Britania Raya juga bergabung dengan Komunitas Ekonomi Eropa (EEC) pada tahun 1973, yang kemudian menjadi Uni Eropa (UE). Keanggotaan di UE membawa manfaat ekonomi dan politik bagi Britania Raya, tetapi juga mengarah pada perdebatan tentang kedaulatan dan identitas nasional. Pada tahun 2016, Britania Raya mengadakan referendum tentang keanggotaan UE, dengan mayoritas memilih untuk meninggalkan UE. Keputusan untuk meninggalkan UE, yang dikenal sebagai Brexit, memiliki konsekuensi yang mendalam bagi Britania Raya, memicu ketidakpastian ekonomi dan politik. Abad ke-20 dan ke-21 telah membawa perubahan besar bagi Britania Raya, menantang identitasnya dan peran globalnya. Britania Raya terus menghadapi tantangan dan peluang, berjuang untuk menentukan tempatnya di dunia yang berubah dengan cepat.